Langsung ke konten utama

DIBALIK KATA IN SYA ALLAH

InsyaAllah ( إنشاء الله ) berasal dari bahasa arab yakni kata إِنْ , شَاءَ  ، اللّه .

إِنْ adalah huruf tentang perbutan yang akan dilakukan (مستقبل) berarti 'jika',شَاءَ  berasal dari kata شَاءَ يَشَاءُ sinonimnyaأََرَادَ  bermakna 'berkehendak' danالله  adalah Tuhan yang Menciptakan alam semesta beserta isinya dan Maha Kuasa atas segala sesuatu serta tiada tuhan yang berhak disembah selain Dia.

Jadi, kata InsyaAllah ini berarti Jika Allah berkehendak, seorang muslim mengucapkan ucapan ini ketika berencana mengerjakan suatu hal di waktu yang akan datang atau ketika ia berjanji . Ia mengucapkan InsyaAllah karena ia tidak tahu apakah hal yang akan dikerjakannya itu benar-benar akan terjadi atau tidak. Karena semua hal terjadi atau tidak terjadi adalah atas kehendak Allah, berdasarkan taqdir Allah. Ucapan InsyaAllah juga mengandung doa isti’anah (minta pertolongan) kepada Allah agar dimudahkan dalam mengerjakan sesuatu.

Kata InsyaAllah  ini terdapat pada Al-Qur'an Surat Al-kahfi ayat 23 dan 24 yang berbunyi :

وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا (23) إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ وَاذْكُرْ رَبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَنْ يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا (24)

Dan janganlah sekali-kali engkau mengucapkan : Sesungguhnya aku akan melakukan hal itu besok. Kecuali (dengan mengucapkan) InsyaAllah. Dan ingatlah Tuhanmu ketika engkau lupa. Dan Ucapkanlah: Semoga Tuhanku memberikan petunjuk pada jalan terdekat menuju hidayah (Q.S al-Kahfi ayat 23-24).

Di dalam Al-Qur'an surat di atas, Allah menyebutkan secara khusus kata "InsyaAllah" ini berarti sangat besar dan penting maknanya. Asbabun Nuzul dari ayat tersebut dalam kitab Asbabun Nuzul yang disusun oleh KH. Q.Shaleh dan kawan-kawan (1995) sebagai berikut :

Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith untuk menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan dan perbuatan Muhammad. Lalu pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya ia Nabi yang diutus. Akan tetapi jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi.

Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka.

Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya.

Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh. 

Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisyi. Lalu mereka berangkat menemui Rasulullah saw. dan menanyakan ketiga persoalan tersebut diatas. Rasulullah saw. bersabda "Aku akan jawab pertanyaan kalian besok" Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "Insya Allah".

Setelah itu Rasulullah saw. menunggu-nunggu datangnya wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah saw sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus Beliau katakan kepada kaum Quraisy. Dalam keadaan yang demikian datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi saw. karena telah memastikan sesuatu pada esok hari, tanpa mengucapkan "Insya Allah" (QS, al-Kahfi (18) : 23-24).

Dalam kesempatan itu juga Jibril menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian, yakni Ashabul Kahfi (QS Al-Kahfi : 9-26), seoarang pengembara, yakni Dzulkarnain (QS Al-Kahfi : 83-101), dan perkara roh (QS Al-Isra : 85).

Serta riwayat lain dari kitab Asbabun Nuzul, Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al-Qur'an. 0leh KH Q.Shaleh, H.A.A. DAHLAN dan Prof Dr. H.M.D. DAHLAN. menerangkan sebagai berikut :

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi saw. pernah bersumpah. Setelah empat puluh malam  barulah Allah menurunkan ayat ini (QS (18) Al-Kahfi 23-24) yang memperingatkan agar apabila bersumpah, hendaknya diikuti dengan ucapan "Insya Allah" .

Kemudian, dalam Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah saw. agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.

Sungguh Agung makna dari kata "Insya Allah" itu. Di dalamnya mengandung makna minimal 4 hal yang sangat penting, diantaranya :

Pertama : manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah Swt.

Kedua : menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai, (politik, kekayaan, keilmuan, dan status sosial).

Ketiga : menunjukkan ketawadu'an (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT.

Keempat. bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.

Dari kisah diatas dapat mengambil ibrah bahwa hendaknya mengucapkan InsyaAllah dalam bercita-cita atau ingin melakukan sesuatu karna Hanya Allah yang Maha kuasa atas apa yang terjadi di alam semesta ini.

 

 

Penulis : Umi Salamatus Safariyah


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perbedaan Tamanni dan Taroji dari Segi Nahwu dan Balaghoh

Oleh : Faizan Nesen (FDI UIN JAKARTA) & Aghnin Khulqi (BSA UIN JAKARTA) Dalam ilmu nahwu, ketika sampai pada bab إن وأخواتها kita pasti akan menemui lafadz   ليت  dan لعل . Mau tidak mau, hal ini nantinya akan mengantarkan kita untuk mengenal istilah tamanni dan taroji. Berangkat dari hal ini, penulis hendak berbagi pengalaman serta pemikiran yang mungkin nantinya bisa dijadikan obrolan menarik di forum warkop sederhana atau bahkan dapat diangkat sebagai tema diskusi dan kajian mingguan. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, mari kita mengenal terlebih dahulu sebenarnya apa sih tamanni dan taroji itu? Tamanni secara bahasa menurut mu’jam al wasiith bermakna قدره وأحب أن يصير إليه yang artinya kurang lebih menginginkan sesuatu terjadi. Sedangkan dalam istilah nahwu tamanni bermakna   طلب ما لا طمع فيه أو ما فيه عسر yang artinya meminta perkara yang tidak mungkin diharapkan atau sulit diwujudkan (tidak mungkin terjadi). Untuk lebih jelasnya, mari kit...

Mahasiswa Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Memperingati Hari Bahasa Arab Sedunia

Mahasiswa Bahasa Arab UIN Syarif Hidayatullah Memperingati Hari Bahasa Arab Sedunia Bahasa Arab adalah bahasa yang tertua dan abadi seiring dengan keabadian al quran hingga hari kiamat nanti yang menggunakan Bahasa Arab. Bagi umat muslim Bahasa Arab adalah bahasa yang mendarah daging dengan islam, kenapa begitu? Karena al quran berbahasa Arab, sholat menggunakan bacaan yang berbahasa Arab, berdoa dengan Bahasa Arab, hampir semua hal yang berhubungan dengan islam tak lepas dari Bahasa Arab. Bahasa Arab ini digunakan oleh 22 Negara anggota UNESCO. Penuturnya lebih dari 422 juta orang menyebar di penjuru dunia. Dari sini UNESCO memandang penting Bahasa Arab ini bukan hanya alat komunikasi orang Arab saja tetapi juga menjadi jembatan yang memungkinkan terjadinya hubungan erat antar masyarakat. Oleh karena UNESCO menetapkan tanggal 18 Desember sebagai hari peringatan Bahasa Arab sedunia. Sebagai organisasi mahasiswa Bahasa Arab, ITHLA (ittihadu atholabah al-lughoh...
Kupas Tuntas Buku “Engkau Puisiku” Karya Aghnin Khulqi Ahad (17/5) Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) II ITHLA kembali merealisasikan program kerjanya yang berbasis daring ( online ). Mengingat situasi dan kondisi yang belum kondusif sejak meluasnya COVID-19 di Indonesia dan sampai sekarang melihat fakta yang terjadi di lapangan Pemerintah belum bisa menyatakan kondisi aman dari penyakit covid-19 tersebut.   Maka pengurus DPW II tetap konsisten menjalankan programnya dengan memanfaatkan teknologi yang ada sekarang ini. Kali ini Departemen Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) menghadirkan program bedah buku sebagai upaya peningkatan mutu literasi khususnya bagi mahasiswa-mahasiswa bahasa Arab. Terkait pentingnya literasi itu sendiri, pihak Pemerintah telah lama mensosialisasikan kepada khalayak umum. Hingga sekarang ini telah banyak terbentuk komunitas-komunitas yang turut mendukung upaya Pemerintah tersebut seperti komunitas membaca dan menulis. Adapun buku yang dik...